Waktu Tidur Setelah Shalat Isya
Waktu tidur ideal bagi seorang muslim adalah langsung tidur sebisa mungkin setelah salat isya, akan tetapi apabila ada kegiatan yang lebih maslahat dan untuk kebaikan, ia boleh melakukan aktivitas yang bermanfaat setelah salat isya seperti belajar, menerima tamu, berbincang-bincang dengan keluarganya, tentu hendaknya tidak begadang sampai larut. Dalil tidur setelah waktu isya berdasarkan hadis makruhnya berbincang-bincang setelah salat isya, Dari Abu Barzah Radhiallahu‘anhu,

أنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكرهُ النَّومَ قَبْلَ العِشَاءِ والحَديثَ بَعْدَهَا

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyukai tidur sebelum salat ‘isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.”[1]

Syaikh Abdulah Al-Faqih menjelaskan,

فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم ينام أول الليل بعد العشاء، إذ كان يكره النوم قبل العشاء والحديث بعدها

“Adalah kebiasaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidur di awal malam setelah salat Isya, karena dimakruhkan tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.”[2]

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa tidur di awal malam bermanfaat bagi kesehatan, beliau berkata:

وأنفع النوم : ما كان عند شدة الحاجة إليه ، ونوم أول الليل أحمد وأنفع من آخره

“Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur ketika sangat mengantuk, tidur di awal malam paling baik dan paling bermanfaat dari lainnya.”[3]

Berbincang-bincang Setelah Isya
An-Nawawi menjelaskan bahwa hukum asal berbincang-bincang setelah isya adalah makruh, akan tetapi apabila ada maslahat dengan berbincang-bincang maka tidak diperbolehkan. Beliau berkata:

قال العلماء : والمكروه من الحديث بعد العشاء هو ما كان في الأمور التي لا مصلحة فيها ، أما ما فيه مصلحة وخير فلا كراهة فيه ، وذلك كمدارسة العلم وحكايات الصالحين ومحادثة الضيف والعروس للتأنيس ومحادثة الرجل أهله وأولاده للملاطفة والحاجة ومحادثة المسافرين

“Para ulama berkata: makruh hukumnya berbincang-bincang setelah Isya, apabila pada perkara yang tidak ada maslahatnya. Adapun apabila ada maslahatnya maka baik dan bukan makruh. Misalnya seperti mempelajari ilmu, menceritakan kisah orang saleh, berbincang-bincang dengan tamu, acara pernikahan, berbincang-bincang dan beramah-tamah dengan istri dan anak-anaknya dan perbincangan antar musafir.”[4]

Catatan Penting:
Hendaknya berbincang-bincang setelah Isya tidak sampai begadang, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan malam sebagai waktu istirahat utama.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian.[5]

Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah menjelaskan,

فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يكره النوم قبل صلاة العشاء والحديث بعدها وإذا أطال الإنسان السهر فإنه لا يعطي بدنه حظه من النوم، ولا يقوم لصلاة الصبح، إلا وهو كسلان تعبان، ثم ينام في أول نهاره عن مصالحة الدينية والدنيوية، والنوم الطويل في أول النهار يؤدي إلى فوات مصالح كثيرة

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membenci tidur sebelum isya dan berbincang-bincang (tidak bermanfaat) setelahnya. Jika seseorang begadang semalaman dan tidak memberikan hak tidur kepada badannya, bahkan tidak salat Subuh kecuali bangun dengan tubuh yang letih dan malas, kemudian tidur di awal hari, maka ia telah kehilangan maslahat yang banyak.”[6]

Pola kehidupan kita di era ini menyebabkan tidak memungkinkan melaksanakan sunah ini selalu, yaitu langsung tidur sehabis isya, namun hendaknya seorang muslim sempat sesekali melaksanakan sunah tidur sehabis isya agar tidak kesulitan pada saat bangun untuk melaksanakan salat malam.

Wallahu a'lam bishawab.
Cukup sampai di sini dulu... baarakallahu fiikum.

***
Sumber Artikel: muslim.or.id
Penyusun: Ustaz Raehanul Bahraen


[1] HR. Bukhari no. 568 dan Muslim no. 1496
[2] Fatawa As-Syabakiyyah no. 251950
[3] Madarijus Salikin 1/459-460
[4] Syarah Muslim, 5/149
[5] Surat an-Naba’ ayat 10
[6] Liqaa’ asy-syahri 1/333