
Imam asy-Sya'bi rahimahullah pernah mengatakan begini,
...ما أروي شيئا أقل من الشعر
"Aku tidak pernah meriwayatkan sebuah disiplin ilmu yang lebih sedikit daripada bait-bait syair..."
Seakan-akan beliau katakan, "yang paling aku tidak menguasai itu, syair."
Berbeda kalau bicara hadis, bicara riwayat tafsir atau qiraat dalam ilmu Quran. Jadi yang paling sedikit itu, syair. Lalu Imam asy-Sya'bi mengatakan,
ولو شئت، لأنشدتكم شهرا لا أعيد...
"...kalau aku mau, aku bisa mengucapkan bait-bait syair tersebut selama satu bulan penuh."
Empat kali tujuh kali dua puluh empat jam, dan tanpa ada pengulangan, lancar seperti baca surah al-Fatihah. Jadi, tidak ada berhenti, lancar sampai-sampai mulut itu berbicara terus menerus.
Pertanyaan, bagaimana riwayat ilmu hadisnya Imam asy-Sya'bi? Bagaimana kalau beliau meriwayatkan qiro'at dalam al-Qur'an? Ini syairnya saja satu bulan tidak berhenti-henti berbicara, beliau bisa melakukannya. Imam asy-Sya'bi pernah ditanyakan seperti ini,
من أين لك كل هذا العلم؟
"Dari mana engkau mendapatkan ilmu (kecerdasan) ini?..."
Apa kata beliau? "kuncinya ada empat"
...,قال: بنفي الاغتمام
"Beliau menjawab: Yang pertama, tidak pernah mengandalkan diri sendiri,..."
Selalu bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kenapa kita banyak gagal di bisnis kita, gagal di usaha kita? Karena kita mengandalkan diri sendiri. Mengandalkan kecerdasan, ijazah, pengalaman. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ
"...Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya..."
...,والسير في البلاد
"Yang kedua, sering melakukan perjalanan lintas negeri (untuk belajar)..."
Kejar kajian, datang ke majelis walaupun majelis itu di luar negeri, beliau datang... Tidak hanya baca, dan mengandalkan kemampuan sendiri.
...,وصبر كصبر الحمار
"Yang ketiga, sabar, sebagaimana sabarnya keledai,..."
Keledai itu terlihat malas tetapi bukan malas dia akan terus jalan perlahan-lahan, tidak bisa berjalan cepat seperti kuda dan dia akan menerima beban, sebanyak apa pun juga di atas dirinya walaupun kelebihan beban (overweight), selama empat kakinya itu bisa bertahan.
Dia typical sosok yang tidak pilih-pilih, berbeda sama kuda, kuda itu pilih-pilih, lalu dia kalau tidak suka dia bisa berontak, tetapi kalau keledai apa pun yang ditaruh di atasnya sami'na wa atho'na, ditaruh apa saja dia pasti patuh, dia jalankan misinya tetapi pelan... pelan... pelan... sampai di tempat tujuan.
Nah begitu juga, seorang penuntut ilmu kata Imam asy-Sya'bi, dia tidak boleh terburu-buru, makanya tidak seperti naik kuda, kuda itu kan cepat... tetapi penuntut ilmu itu harus pelan... pelan... pelan... tetapi tetap terus berjalan dan patuh atau ikuti alurnya, setia sama gurunya, diarahkan oleh gurunya dia tidak menolaknya, tentu saja kita punya patreon لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق "Tidak ada ketaatan kepada makhluk kalau bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala", tetapi itulah keledai dia jalan terus. Penuntut ilmu itu dari sisi itu sabarnya harus begitu.
وبكور كبكور الغراب
"Yang keempat, bersegera, sebagaimana bersegeranya burung gagak."
Burung yang dia itu berangkatnya sebelum fajar subuh dia sudah berangkat dan burung itu ke seringan pulang di sore hari. Burung yang satu ini benar-benar on time dia kerja sebelum yang lainnya kerja, dia belajar sebelum orang lain belajar.
Nah begitu juga, kalau kita datang kajian usahakan tepat waktu kalau bisa sebelum kajian dimulai. Ini kunci sukses orang-orang besar, dan saya merasa ini bukan diruang lingkup agama saja, semua bidang seperti ini polanya.
Wallahu a'lam bishawab.
Cukup sampai di sini dulu... Baarakallahu fiikum.
Cukup sampai di sini dulu... Baarakallahu fiikum.
***
Tulisan ini awalnya berbentuk video kemudian dijadikan artikel yang sudah diperbaiki.
Versi video silakan klik di sini
Sumber Artikel: ronalabiyyu.my.id
Penyusun: Admin