Kalau ini berupa pikiran yang terlintas (خطر) di dalam pikiran seseorang, memikirkan suatu dosa dan maksiat, ketika dia terlintas di pikirannya untuk melakukan suatu dosa dan maksiat dan dia bergegas bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala maka akan lebih mudah menepis pikiran yang terlintas ketimbang pikiran itu menetap di dalam pikiran seseorang.

Namun ketika pikiran terlintas ini tidak sedang di tepis maka beristigfarlah أستغفر الله وأتوب إليه maka dia akan menjadi pikiran yang menetap. Ketika pikiran yang menetap ini menjadi (هم) terus dia pikirkan, maka setan akan membuat indah perbuatan maksiat itu sebelum dia lakukan dosa ini, maka seakan-akan maksiat itu nikmat, indah, bagus. Namun, kita harus perhatikan bagaimana orang-orang yang bertobat dari dosa dan maksiat, yang pernah tercebur di dalam kubangan dosa dan maksiat. Betapa panasnya, menderitanya, sengsaranya, dan gersangnya hati ketika dia melakukan dosa dan maksiat itu. Sehingga dia ingin segera bergegas membersihkan dirinya dari kubangan dosa-dosa itu dengan tobatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka pelajaran bagi orang-orang yang belum terjerumus di dalam maksiat, cukuplah apa yang mereka alami, sebagai hikmah pelajaran bagi kita. Ternyata para pelaku dosa yang pernah melakukan maksiat ini dan itu, mereka tidak mau lama-lama di sana, mereka ingin segera membersihkan dirinya.

Artinya apa yang menjadi bayangan keindahan yang dibayangkan oleh setan kepada kita. Itu semua adalah kebohongan-kebohongan.

Namun kalau kita tidak menyegerakan tobat kita, dari pikiran yang menetap dalam hati seseorang, maka itu akan berubah menjadi sebuah niat, niat berbuat dosa dan maksiat. Dan niat ini kalau kita tidak segera bertobat sungguh kita termasuk orang-orang yang merugi. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan kepada kita, dari sahabat Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu,

ومن هم بسيئة ويعمل بها كتبت له حسنة

"Barang siapa yang berniat untuk melakukan suatu dosa kemudian dia batalkan niatnya karena Allah karena takut kepada Allah dicatat baginya satu kebaikan."[1]

Niat dosa, tetapi dia teringat bahwa yang ingin dia kerjakan itu adalah maksiat dan dosa. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Menyaksikan, Maha Mencatat. Kita boleh lupa dan lalai dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan pernah lupa dan lalai dari kita. Kita bisa melupakan apa yang pernah kita perbuat, namun Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti akan menghadirkan pasti akan menghadirkan segala sesuatunya.

Wallahu a'lam bishawab.
Cukup sampai di sini dulu... Baarakallahu fiikum.

***
Sumber Artikel: ronalabiyyu.my.id
Penyusun: Admin

[1] Shahih: HR. Muslim (no. 162)